Suoh Mikoto (Homra)

With You (1)

Part 1

Kata orang-orang “Selalu terjadi hal yang aneh di kota Tanigami”. Liburan musim panas tahun ini kusisihkan waktuku di kota Tanigami, Osaka. Kota asalku di Suita, Osaka. Dengan menggunakan kereta api, butuh waktu sekitar 6 jam. Saat ini umurku 12 tahun. Orang tuaku memiliki bisnis di kota kecil ini. Ayahku membeli rumah sederhana disamping taman. Tetapi, besok Ibu akan mengantarku ke Fukiai. Kota tempat nenek dan kakekku tinggal. Di sanalah aku menghabiskan sisa liburanku.
          Siang itu aku hanya menatap keluar jendela, rambutku yang panjang tertiup angin. Kamarku berada tepat disamping taman kecil. Taman itu sangat sunyi. Mungkin karena cuacanya sangat panas, sehingga orang-orang segan untuk bermain keluar. Rumah yang sederhana ini cukup luas, apalagi saat pagi sampai sore hanya ada aku sendiri. Ibuku adalah seorang arsitek dan ayahku adalah pengacara. Rumah bagi mereka hanya tempat untuk tidur.
Aku tidak perduli harus sendiri. Biasanya aku terus menyibukkan diriku dengan kegiatan lain. Tetapi di kota Tanigami aku belum memiliki teman. Aku rasa aku bisa keliling kota ini sebelum orang tuaku pulang.
          Saat aku berjalan dipinggiran kota, aku melihat sebuah gedung sekolah SMP dan SMA yang bersebelahan. Kuberanikan diri masuk ke gedung sekolah SMA karena sepertinya menarik. Banyak anak-anak yang berkeliling sekolah dengan baju bebas, karena sedang liburan musim panas. Kemudian aku masuk kedalam ruang perpustakaan. Hanya ada 4 orang saja, dan lagi semuanya Laki-laki. Angin yang masuk dari jendela yang terbuka lebar sangat sejuk. Lalu aku duduk dengan salah satu pengunjung perpustakaan disini. Karena sibuk membaca buku, dia tidak menyadari keberadaanku. Dia menggunakan kacamata. Dari penampilanya, sepertinya ia seumuran denganku. Rambutnya yang coklat tertiup angin. Tak lama kemudian ia menyadari keberadaanku. Ia menatapku.
          “Apa yang kau lakukan disini? Kamu bukan siswa di sekolah ini kan?” tanyanya.
          “Iya, aku bukan siswa disini. Aku hanya jalan melihat-lihat” jawabku.
          “Oh” lalu ia melanjutkan membaca buku.
          “Kamu siswa yang bersekolah disini?” tanyaku.
          “Iya. Tapi aku masih SMP. Gedung sekolahku di sebelah. Aku hanya mampir di perpustakaan sini”
          “Rumahmu dimana?”
          “Dua blok dari sekolah ini. Di samping cafe. Ngomong-ngomong kamu bukan dari sini? Aku baru melihatmu”
          “Ya. Aku tinggal di Suita” jawabku sambil tersenyum padanya.
          “Apa yang kaulakukan disini? Bukankah Suita Jauh dari Tanigami? Butuh waktu kurang lebih 10 jam dengan kereta api” katanya terkejut.
          “Liburan musim panas. Orang tuaku sedang bekerja di daerah sini. Jadi aku menghabiskan liburan musim panasku di kota ini”
          “Kamu tidak punya tempat tujuan?”
          “Aku tidak tahu daerah sini”
          Kemudian suasana menjadi hening. Aku hanya menatap keluar jendela. Tak lama kemudian ia menutup bukunya lalu pergi ke salah satu rak buku. Kulihat meja yang ditinggalkannya di depanku. Ada sebuah buku tulis berwarna biru. Karena penasaran aku mengambilnya. Sebelum aku membukanya, laki-laki yang tadi berlari kearahku.
          “Itu milikku” katanya.
          Karena takut, aku mengembalikan buku miliknya.
          “Terima kasih” katanya bernafas lega.
          “Sepertinya kamu lega sekali. Buku itu pasti penting. Kenapa?” tanyaku penasaran. Kutatap wajahnya yang mulai bersemu merah.
          Cukup lama keadaan menjadi hening. Lalu ia menatap keluar jendela.
          “Ini buku diaryku” lagi-lagi wajahnya bersemu merah saat ia menjawab pertanyaanku.
          “Huh?”
          “Silahkan tertawa. Aku tahu ini terlihat bodoh bila seorang laki-laki memiliki diary seperti perempuan” kemudian ia duduk di depanku. Ia tumpuk tangannya diatas meja, lalu ia menyembunyikan wajahnya.
          “Aku tidak berpikir seperti itu. Itu tidak bodoh. Semua orang pasti ingin punya tempat untuk bercerita seperti diary” kataku.
          Perlahan ia mengangkat wajahnya. “Si.. Siapa namamu?” tanyanya.
          “Kenalkan! Aku Myu Kisaragi. Panggil aku Myu!” jawabku dengan semangat. Aku senang bisa mendapatkan teman. “Namamu?” tanyaku balik.
          “Ryota... Ryota Mikoto. Panggil saja Ryota” katanya dengan wajah memerah. “Aku harus pergi. Semoga kita bertemu lagi. Hal yang aneh sering terjadi di Tanigami” katanya dengan senyum yang manis.
          “Huh?! Okay Haru-kun”
          Kemudian ia meninggalkanku sendirian. Aku menatapnya dari kejauhan. Ia meminjam beberapa buku, lalu mencatatnya di counter perpustakaan. Kuhabiskan pagi hari ini membaca buku di perpustakaan.
          Karena bosan berada di perpustakaan, aku pun pulang ke rumah. Saat di perjalanan aku melewati taman di samping rumah. Kulihat jam tanganku. Masih pukul 2 siang, orang tua ku akan pulang sekitar pukul 5 sore. Lalu kuputuskan untuk bermain di taman itu. Kulihat sekeliling taman. Oh, ada seseorang di ayunan. Laki-laki itu sepertinya seumuran denganku. Ia mengenakan topi dan kemeja merah. Rambutnya yang berwarna oranye terkena pantulan sinar matahari. Apa dia tidak kepanasan? Diantara semua mainan yang rindang tertutup pohon, hanya ayunan itu yang terkena panas terik matahari. Kuberanikan diri mendekatinya. Saat ia menyadari keberadaanku, ia menghentingan ayunannya.
          “Um.. Hai” sapaku dengan senyuman, berharap balasan positif darinya.
          “Hai...” sapanya balik. Aku sedikit terkejut melihat senyumnya yang terlihat sangat gembira. “Kamu pasti bukan dari daerah sini” sahutnya lagi.
          “Bagaimana kau tahu? Sepertinya kamu mengenal baik daerah sini”
          “Benarkan? Aku hanya menebak. Namaku Akira Shinosuke. Kamu bisa memanggilku Daichi” katanya dengan riang. Wajahnya terlihat ceria.
          “Myu Kisaragi. Um.. itu..”
          “....”
          “Apa ada sesuatu di wajahku? Apa ada yang aneh? Kenapa kamu tertawa terus?”
          “Oh.. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku senang bisa mendapatkan teman baru. Jarang sekali ada orang yang bermain ke taman ini. Aku sangat senang menikmati cahaya matahari”
          “Tapi kamu jadi berkeringat. Ini, gunakanlah” kataku sambil menyerahkan sapu tangan.
          “Terima kasih” katanya. Lalu suasananya menjadi hening. Ia mengusap keringat di wajahnya sambil terus menatap langit. “Apa matahari musim panas tidak membuatmu tersenyum? Aku labih suka musim panas dari pada musim dingin” celotehnya.
          “Hihihi... Dari pada matahari, wajahmu yang tertawa lebih membuatku tersenyum”
          “Benarkah? Baguslah” katanya. “Berarti jika aku terus tertawa, aku juga bisa melihatmu tersenyum”
          Peep! Peep! Suara itu berasal dari jam tangannya.
          “Oh, sudah waktunya. Aku harus pergi. Mungkin kita bisa bertemu lagi besok” katanya.
          “Aku akan pulang besok. Karena aku sendirian disini, Ibuku menyuruhku pergi ke rumah nenekku di Fukiai” sahutku. Entah rasanya cukup sedih.
          “Oh...” katanya tampak kecewa.
          “Kurasa sampai jumpa lagi”
          “Tunggu!” ia menarik tanganku dan berkata “ Aku hanya akan jadi milikmu. Kamu akan selalu bertemu denganku setiap saat, tetapi dengan dengan cara yang berbeda. Jalan kehidupan bersamaku, mimpi tentangku, tapi ketika waktumu habis, semua itu hanya akan jadi milikku. Apakah aku?”
          “Huh? Um....” aku pun berpikir.
          “Ini sangat mudah” sahutnya.
          “............”
          “Kamu bisa menjawabnya saat kita bertemu lagi. Aku yakin karena sesuatu yang aneh sering terjadi diTanigami. Aku harus pergi” katanya.
          Setelah ia meninggalkanku, aku melihat jam tanganku. Jam 3 sore. Aku pun berjalan lagi. Melewati gedung sekolah. Gedung itu sekarang dikunci, jadi aku tidak bisa berkunjung lagi. Lalu aku teringat Haru. Bukankah rumahnya hanya dua blok dari sini. Kuputuskan pergi kerumahnya. Tak lama kemudian aku berhenti di depan cafe. Kulihat orang-orang di cafe tersebut sedang menyantap makanannya. Aku jadi lapar, tapi aku tidak punya uang untuk membeli makanan di cafe itu. Karena lelah, aku duduk di bangku depan cafe.
          Grek! Terdengar suara pintu cafe terbuka. Kamudian keluar seorang laki-laki dengan rambut yang hitam dan gondrong. Rambutnya sangat lebat sampai menutup mata kanannya. Saat aku memandangnya, tidak sengata mata kami bertemu pandang. Aku jadi takut.
          “Mau sandwich?” tanyanya.
          “Tidak terima kasih” jawabku panik. Disaat yang sama perutku berbunyi. Krrrkk!!!
          “Tidak apa-apa, makanlah. Aku juga akan makan bersamamu” katanya sambil tersenyum. Lalu ia duduk di sampingku.
          Kuambil sandwich dari tangannya. “Terima kasih” kataku.
          “Jadi, bagaimana kabarmu?” katanya mencoba mengobrol denganku.
          “Baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku balik. Lalu selagi dia menjawab aku memakan sandwichku.
          “Mungkin sedikit buruk”
          “Mahaf” jawabku dengan mulut yang penuh sandwich.
          “Tidak apa-apa” dia terdiam, dan tidak sama sekali menyentuh makanannya. Tak lama kemudian ia berbicara lagi “Sepupuku yang hilang. Dia lebih tua dua tahun dariku. Aku harap dia baik-baik saja. Sudah dua bulan aku mencarinya. Polisi sudah menyerah mencarinya. Tapi menurutku aku pasti akan bertemu dengannya. Menurutmu aku aneh ya?”
          “Kurasa itu normal saja. Itu perasaan yang sangat kuat sahingga kamu berpikir bisa menemukannya. Kamu pasti sangat akrab dengannya” sahutku sambil tersenyum. Aku harap bisa menyemangatinya sedikit. Wajahnya terlihat sangat sedih.
          “Aku Rei Saotome. Namamu siapa?” tanyanya sambil menjulurkan tangannya.
          Dengan rasa takut aku menjabat tangannya. Tapi, setelah menyentuh tangannya yang hangat, aku jadi sedikit tenang dan berdebar. “Myu Kisaragi. Panggil Myu saja”
          “Senang berkenalan denganmu Myu”
          “Hihihi... Ini akan terdengar aneh. Tapi, kamu terlihat tidak seperti yang aku harapkan” kataku dengan tertawa kecil.
          “Huh?! Apa maksudmu?” tanyanya kebingungan.
          “Ah.. um.. rambutmu yang panjang dan hitam.. uh..”
          “Ooh! Iya, terlihat menyeramkan kan? Mungkin nanti aku akan pergi ke salon dan memotongnya” sahutnya.
          “Aku tidak berpikir begitu. Kalau kamu menyukainya tidak masalah rambutmu panjang”
          “Tidak. Sudah lama aku ingin memotongnya. Yang membuatku ragu, dulu aku dan sepupuku saling memotong rambut kami satu sama lain. Dulu dia salah memotongnya karena terlalu pendek. Jadi aku memanjangkan rambutku. Tapi saat rambutku sudah panjang, dia malah menghilang” sesaat keadaan menjadi hening kembali “Maaf aku jadi mengoceh sendiri” katanya melanjutkan. Wajahnya tampak sedih lagi.
          “Haha, tidak apa-apa. Aku senang mendengar cerita dari orang lain. Itu akan membuat orang lain sedikit merasa lega. Bukankah begitu?” ujarku.
          “Ya, hal yang aneh selalu terjadi di Tanigami”
          “Hm... Aku harus pergi” kataku setelah menghabisi sandwich.
          “Kemana? Rumah?”
          “Ya... Orang tuaku akan pulang sebentar lagi. Mereka akan marah bila aku bermain hingga sore”
          “Sepertinya membosankan”
          “Ya, mereka terlalu menjagaku. Tapi tidak pernah ada untukku”
          “Huh? Apa?”
          “Tidak apa-apa. Sampai jumpa Rei”
          Lalu aku pulang ke rumah dengan kenangan yang indah. Memang sesuatu yang aneh selalu terjadi di Tanigami.
BERSAMBUNG........... (^_^) ditunggu ya lanjutannya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar