Suoh Mikoto (Homra)

Minggu, 30 Desember 2012

Lesson about Love 2


Esok paginya disekolah tampangku sangat kusut dan lelah. Dengan langkah yang berat aku telusuri lorong kelas. Setibanya dikelas...
"Ada apa Moe? Lingkaran matamu hitam sekali!!" tanya Yukka khawatir.
"Kau sedang sakit?" tanya Chi.
"Kemarin banyak hal yang terjadi, jadi aku kurang tidur" jawabku. Lalu kurebahkan kepalaku diatas meja.
"Kau sibuk apa? Menelpon pacarmu hingga larut malam? dengan pacarmu yang keren itu ya?! Kau benar-benar membuat kami iri!!" sahut Yukka.
Yang terjadi sebenarnya adalah aku disuruh belajar matematika. Maksud dari melanjutkan itu ternyata mengulangi pelajaran dari sekolah dan lagi...
"Dari pada mendiskusikan punya pacar atau enggak, bukankah belajar matematika itu lebih menarik?!" kata Seichirou.
"HUH!! Gak menarik sama sekali!! Perempuan itu bodoh sedikit tak apa-apa. Asalkan punya penampilan yang manis!!" tukasku kesal.
"Hmm... Bukankah lebih baik kalau kau belajar dengan sungguh-sungguh?! Karena tampang tak bisa selalu jadi andalan" balasnya.
"Apakah itu berarti menurutnya aku ini enggak manis ya?!" batinku.
"Moe, kau kerja part time?!
"Enggak! Bukankah itu sudah dilarang dari sekolah?"
"Hmm... Pcar juga enggak punya. Pasti kehidupanmu membosankan ya?! kasihan sekali ya" dumelnya.
"Jangan kasihani aku!!"
"Tentu aku enggak tega membiarkan adikku tidak memiliki keunggulan sama sekali apa lagi sampai masuk peringkat 10 kebawah di sekolah kan?!" katanya sambul melirikku. Mencurigakan!!
"Sepertinya aku benar-benar harus memberimu pelajaran tambahan ya, Moe-chan?!"
"Glek!! Matematika?!" kataku tersentak kaget.
Dan mulai besok dia akan datang ke rumah setiap hari untuk mengajariku!!
"MOE!!" panggil Yukka mengembuyarkan lamunanku.
"Iya?"
"Kamu mau ikut kita karaoke usai sekolah?" ajak Yukka.
"Eh bo..." baru saja mau ikut aq teringat pesan Seichirou.
"Moe, kau harus langsung pulang begitu sekolah usai. Selesaikan PRmu sebelum aku datang!!"
"Eh?! Aku enggak mau!! Aku benci matematika" bentakku.
"Kalau tidak aku akan memberitahukan tentang pacar khayalanmu lho. Kirim salam untuk teman-temanmu ya" katanya sebelum meninggalkan apartemenku.
"Maaf aku harus pulang" jawabku ke Yukka yang terlihat kecewa.
Apanya kirim salam untuk teman-teman!! Duru macam apa dia memperlakukan muridnya seperti ini?! Menyebalkan!! Aku jadi tidak bisa bermain usai sekolah. Guru macam apa dia?! Melakukan hal itu pada muridnya... Aku mulai teringat kembali ciumanku dengannya kemarin. Bibirku jadi terasa panas saat disentuhnya, walau hanya bersentuhan, tapi ciuman itu membekas... Setibanya dirumah aku langsung terpana dimeja belajarku. Tanpa sadar aku menunggu Seichirou.
"Permisi, kau sudah siap? Bagaimana dengan PRmu?" tanyanya saat memasuki kamarku.
"Umm..."
"Hei, kau bahkan belum menyelesaikan satu soal pun bagian mana yang enggak kau mengerti?"
"Semuanya enggak ngerti! Sulit banget tau! Gak ada yang aku mengerti!!" sahutku.
"Tapi enggak masalah karena aku memang bodoh dan selalu berkhayal tentang pacar. Bahkan jika aku menemukan laki-laki yang aku suka, pasti akan sulit mendapatkan perhatiannya karena aku tidak manis dan bodoh. Aku gak ada apa-apanya dibanding para perempuan itu. Badanku pun enggak bagus, dan dadaku rata" dumelku sendiri.
"Kau enggak bodoh kok. Asal kau belajar dengan baik. Sini aku ajarkan kembali" sahutnya.
Lalu ia raih pulpen diatas mejaku dan mulai menerangkan soal tersebut dari belakangku. badanku rasanya menjadi kaku, dadaku bergemuruh. Tubuhnya panas. Tapi.. waktu dia menciumku waktu itu rasanya lebih.. lebih...
"Hei, kau dengar gak?!" tanya Seichirou mengejutkanku.
"Aku dengar" sahutku.
"Barusan kau memikirkan aku kan?!" godanya.
"Enggak kok!!" balasku panik.
"Aku tahu kok. Kau pasti berbohong lagi. Seperti waktu kau berbohong dipelajaranku. ha ha ha" katanya tertawa.
"Hmm.. Kenapa kau peduli padaku?! Seharusnya kau gak perlu sampai seperti itu, mengaku sebagai pacarku. Bagaimana kau dengan pacarmu nanti"
"Kalau aku selalu melakukan apa yang benar-benar kuinginkan dan selalu memikirkannya dengan baik. Dan lagi aku tidak memiliki pacar. Ayo kita lanjutkan belajarnya"
Eh?! Sensei?! "aku selalumelakukan apa yang benar-benar kuinginkan dan selalu memikirkannya dengan baik" aneh. Kenapa rasanya aku jadi senang ya dengan kata-katanya.
Esoknya saat Seichirou sedang mengajar aku memandanginya. Lalu saat aku mencoba mengerjakan soal yang ia berikan di papan tulis rasanya aku jadi menyukai matematika.
"Ada apa!? Kau menulis catatan?!" tanya Chi.
"Aku hanya sedang ingin belajar" jawabku.
"Ah, kau belajar karena pacarmu ya? Aku juga mau belajar kalau diajari sama cowok keren seperti pacarmu itu deh!!" sahut Yukka.
"Benar!!" balas Chi.
"Aku tidak tertarik sama sekali kalau sama si Seichirou sensei itu!! Sepertinya ia tipe cowok yang membosankan" kata Yukka.
Padahal mereka orang yang sama. Tapi pandangan mereka jauh berbeda antara Seichirou sensei dan pacar palsuku.
Malamnya saat belajar aku coba bertanya soal penampilannya.
"Hei, Sensei. Kau tahu apa yang orang-orang katakan tentangmu?! Katanya kau itu orang aneh. Apakah kau enggak merasa terganggu dengan itu?!"
"Gak tuh.." jawabnya santai.
"Payah sekali, padahal sebenarnya Sensei itu kan keren dan pasti bisa terkenal di antara murid-murid cewek!"
"Aku keren?!" tanyanya.
"Eh.. cuma.. cuma sedikit kok!!" jawabku panik.
Kalau semua orang tahu penampilan Sensei yang tanpa kacamata pasti mereka tidak akan mengatakan Sensei orang aneh, Dibalik rambut hitamnya saat ini ada warna silver yang keren, dibalik sifatnya yang pendiam ada kejahilan.
"Aku tahu itu kok!!" katanya penuh percaya diri.
"Sensei, rambut dan matamu yang asli yang mana?" tanyaku.
"Ini semuanya asli. Kalau ke sekolah aku menggunakan pewarna rambut, aku tidak akan mencucinya jika tidak penting. Lalu warna hijau emerald ini yang aslinya, kadang aku menggunakan contact lens berwarna hijau bila tidak menggunakan kacamata. Mataku benar-benar rabun sih. Ada yang mau ditanyakan lagi?"
"Apa tidak risih?"
"Tidak. Karena aku hanya membutuhkan satu perempuan saja untuk melihat diriku yang asli" katanya sambil memukul kepalaku dengan buku tulisku.
Saat kubuka buku tulisku " Hebat nilai merahnya lebih sedikit dari sebelumnya!!" teriakku.
"Jangan senang dulu!! Nilaimu itu cuma 35 tahu!!"
Mereka tidak tahu. Hanya aku yang tahu pak guru seperti ini. Hanya aku yang tahu penampilannya tanpa kacamata.
"Walau hasilnya seperti itu, tapi kau sudah berusaha" katanya sambil melepas kacamatanya lalu menyapu poni yang mengganggu pengelihatannya keatas. Sungguh aku terpana menatapnya. Wajah Sensei yang sebenarnya...
"Bagaimana kalau hari ini sampai disini saja?! Atau mau kita lanjutkan?!"
DEG!!! dadaku berdegup kencang. Terbayang lagi saat ia menciumku pertama kalinya.
"Eh, melanjutkan apa?!" tanyaku yang masih terpaku dengan khayalan.
Lalu Sensei mendekatiku dan menyentuh pipiku dengan tangannya yang hangat. Kehangatannya mengalir dari bibirnya. Lagi-lagi aku hanya bisa berdiam diri saat dia menciumku.
"Moe, Rekka, waktunya makan!! Terima kasih Rekka sudah membantu Moe belajar!"
"Baik, kita akan kesana" jawab Sensei santai.
Sensei kenapa dia bersikap tenang seperti itu?! Dia melepaskan ciumannya saat mendengar langkah kaki Mamaku menaiki tangga. Tapi apa dia sama sekali tidak gugup? Seperti halnya aku.
"Hari ini kita akhiri sampai disini" katanya.
"Sensei!!"
"Apa?! Ada pertanyaan?!"
Wajahnya pada saat itu datar, tidak ada keringat yang menggambarkan ia gugup, wajahnya tidak bersemu merah yang berarti dia tidak malu " ng.. enggak" jawabku. Apa yang berdebar-debar hanya aku?! "Aku hanya membutuhkan satu perempuan saja untuk melihat diriku yang asli" aku teringat kata-katanya tadi. Apakah perempuan itu aku?
**************************************************************************
Paginya disekolah aku tidak bisa berkonsentrasi saat belajar. Lalu saat aku dan Yukka pergi ke kantin aku melihat Seichirou Sensei.
"Moe, ada apa?!" kata Yukka khawatir.
"Seperti bukan Moe saja" kata Chi.
Aku terus terpaku menatap Sensei. Lalu ada seorang perempuan mendekatinya.
"Pak, saya ada pertanyaan" katanya.
"Yang mana?!" tanya Seichirou Sensei. Ia menundukkan badannya sedikit agar bisa melihat buku yang di bawa perempuan itu. poninya yang cukup panjang menggantung kebawah membuat perempuan itu menoleh ke wajah Sensei.
"Kyaa!! Sebenarnya Sensei keren sekali. Coba lepas kacamata Sensei!! Yang lain pasti akan terkejut!!" kata perempuan itu.
Jangan!! Kalau mereka tahu, aku yang akan menderita.
"Sensei, kemari sebentar!!" sahutku sambil menarik lengan Seichirou Sensei.
"Lepaskan Tanaka, ini tidak baik. Apa kamu juga ada pertanyaan?!"
Lagi-lagi hanya aku!! Hanya aku yang berdebar-debar dan takut semua orang mengetahui Sensei yang asli. Aku enggak mau seperti ini lagi!! Kulepaskan tanganku dari lengannya dan berlari menjauhinya tanpa melihatnya lagi.
Malam hari saat belajar, aku sangat ingin mengatakannya...
"Sensei, kita hentikan saja ya!!" kataku.
"Moe?!"
"Aku enggak ingin belajar bersama Sensei lagi. Enggak apa-apa, walau aku enggak diajari matematika lagi" lanjutku.
"Lalu kau ingin diajari apa?" tanyanya.
"Eh?!"
"Katakanlah Moe" katanya sambil mengusap rambutku lalu menciumnya. Kemudian dia membalikkan kursiku sehingga aku berhadapan dengannya. Tangannya mulai menyentuh pipiku lagi. Kupejamkan mataku karena aku takut.
Eh?! Lagi. Padahal Sensei hanya bermain-main denganku. Aku tahu itu. Tapi aku terus berdebar-debar.
"Ada yang ingin kau katakan padaku?!" tanyanya. Saat ku buka mataku, wajah Sensei sangat dekat. Setiap Sensei menciumku. Hanya aku yang terus menyukai Sensei. Aku tak mau seperti itu lagi!!
"Cukup!! Jangan cium aku lagi!! Cukup!! Tinggalkan aku Sensei!!" kataku sambil menangis tersedu-sedu. Ketutup bibirku agar ia tak menciumku lagi. Karena jika ia menciumku lagi, yang kudapat hanya perasaan sukaku yang membesar terbuang sia-sia.
************************************************************************
"Moe, kau kan sudah putus dengan pacarmu. Ini kukenalkan kau pada seseorang deh. Nggak apa-apa kan Moe?" tanya Yukka berusaha menghiburku.
"Ah iya.. aku juga yang memintamu kok" jawabku.
Ini semua karena kebohonganku. Dia hanya mempermainkanku. Aku hanya dijadikan boneka. Baginya aku hanya adik. "Karena aku hanya membutuhkan satu perempuan saja untuk melihat diriku yang asli" teringat kata-katanya waktu itu. Tapi adik gak akan pernah bisa menjadi pacar.
"Moe-chan! Kenalkan. Ini Yutaka Aomori sepupuku dari Osaka. Yutaka orangnya baik lho! Mungkin kalian bisa memulai hubungan yang ringan dulu?!" kata Yukka. Lalu ia pergi meninggalkanku di cafe berdua Aomori.
Sepulang sekolah aku sudah meminta Yukka mengenalkanku pada seorang cowok agar aku bisa melupakan Sensei.
"Aku boleh duduk disebelahmu?!"
"Silahkan" kataku.
"Kau baru putus? Aku juga" celotehnya.
"Iya" jawabku datar.
Memulai hubungan yang ringan?! Kenapa semua berpikir semudah itu?! Kalau aku sudah tidak suka dengan orang ini, aku bisa mencari orang lain lagi. Tapi yang pasti Aku tidak akan bisa menemukan orang lain yang membuatku berdebar-debar seperti Sensei.
"Kalau kau enggak becus melakukan sesuatu aku marah lho Moe-chan!!" sahut Sensei mengejutkanku.
Lalu ia menyiram Aomori dengan segelas air dingin dan menarikku keluar dari cafe.
"Kenapa tidak tinggalkan aku saja?! Aku kan cuma adikmu dan murid bodoh kan?! Aku gak akan bisa menjadi cewek yang sempurna untuk Sensei!! Sensei!! Kalau cuma ingin bermain-main, tinggalkan aku" bentakku.
Lagi-lagi hanya aku yang berdebar saat ia menyentuhku. Apakah hanya aku..?!
"Aku mengajarimu matematika setiap pulang sekolah bukan untuk bermain-main. Aku juga tidak bisa menerima Moe sebagai adikku. Aku tidak ingin menjadi keluargamu"
Dia menarik tanganku lalu melilitnya dipinggangnya. Aku bisa mendengar suara debaran jantungnya dalam posisi memeluknya. Debaran yang kencang seperti jantungku.
"Makannya maukah kau melakukannya dengan benar?!"
"Sensei"
"Aku kan sudah bilang aku hanya membutuhkan satu perempuan saja untuk melihat diriku yang asli!! Dan itu hanya kamu Moe. Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku. Katakanlah. Aku disini untukmu"
Dengan lembut ia tatap mataku. Kusentuh rambutnya, lembut. kemudian ia sentuh pipiku. Aku tahu dia akan menciumku. Perlahan kututup mataku dan menciumnya. Setiap kali dia menciumku. Suhu tubuhku jadi meningkat.
"Aku menyukaimu Sensei!!" sahutku.
"Aku tahu. Akhirnya kau mengatakannya. Mulai sekarang aku akan mengajari semua hal yang ingin diketahui Moe" katanya menggodaku.
"Iya!!" kataku semangat.
"Panggil aku Rekka kalau berada diluar sekolah"
"Iya!!!" kataku lagi.
"Coba sekarang panggil aku Moe-chan"
"Re.. Re..kka.. Rekka!!" kataku gugup.
Lalu ia memelukku erat dan membagi kehangatan suhu badannya. Bagiku dia Sensei yang terbaik. Sudah megajariku banyak hal. Terima kasih Sensei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar